Dasar dari teknik daur ulang ini diusulkan yaitu
kandungan gizi ampas tahu yang cukup tinggi. Adapun data komposisi kandungan
zat gizi pada ampas tahu menurut Pudjihastuti (Tarmidi, 2010) adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan data di atas, ampas tahu dapat didaur ulang menjadi barang yang
ekonomis. Teknik daur ulang yang ditawarkan yaitu ampas tahu ini dijadikan
sebagai bahan pengganti tepung sedangkan kulit kedelai digunakan sebagai
campuran pakan ternak.
Kulit kedelai digunakan sebagai campuran pakan ternak Ruminansia.
Setelah proses produksi dilakukan, kulit kedelai yang diperoleh dikumpulkan
dalam satu wadah. Kemudian bisa dicampurkan dengan pakan ternak golongan Ruminansia.
Ampas tahu diolah dengan proses tertentu sehingga
dapat menjadi pengganti tepung beras atau tepung terigu. Proses pembuatan
tepung dari ampas tahu yaitu sejumlah ampas tahu diperas airnya dan dikukus
selama kurang lebih 15 menit. Ampas yang sudah dikukus diletakkan di atas papan
dan dijemur di bawah terik matahari. Setelah kering, ampas dihaluskan dengan
cara digiling atau diblender dan diayak. Tepung yang dihasilkan tahan lama.
Tepung ini dapat langsung dijual dengan harga yang lebih mahal jika
dibandingkan dengan langsung menjual ampas tahu sebagai pakan ternak.
Rancangan daur ulang ampas tahu menjadi tepung ini yaitu:
Teknik pengolahan limbah cair industri tahu kecil yang ditawarkan yaitu
secara biologis. Proses pengolahan limbah cair secara biologis ini dilakukan
dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri, ganggang, protozoa, dll)
untuk menguraikan atau merombak senyawa-senyawa organik dalam air menjadi
zat-zat yang lebih sederhana (cf. Sani, 2006: 20).
Teknik
pengolahan limbah cair tahu yang ditawarkan secara biologi khususnya anaerob
karena murah dan cocok untuk industri kecil serta berguna bagi daya dukung
kelancaran produksi. Proses anaerob ini merupakan proses pengubahan senyawa
organik menjadi metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2)
tanpa adanya oksigen (O2). Reaksi kimia penguraian senyawa organik
dengan proses anaerob secara keseluruhan yaitu:
Kadar protein limbah cair tahu cukup tinggi sehingga jika ditambahkan
bakteri tertentu, protein maupun senyawa organik lainnya akan terdegradasi
menjadi senyawa-senyawa di atas dan salah satunya yaitu gas metan (CH4)
yang sifatnya mudah terbakar, bau dan tidak berwarna. Gas metan yang dihasilkan
ini biasanya disebut dengan biogas. Sifat gas metan sendiri mudah terbakar
dapat dimanfaatkan menjadi gas untuk memasak.
Bakteri
yang digunakan dalam proses pembuatan biogas ini ada 3 jenis yaitu bakteri
hidrolisis, fermentasi, dan metanogens. Bakteri yang digunakan dalam proses
anaerob ini yaitu Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus, Syntrobacter
wolnili, Syntrophomonas wolfei, Methanobacterium formicum dan Methanobacterium
mobilis. Adapaun prosedur penguraian senyawa organik dengan bakteri-bakteri
di atas adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Skema proses penguraian zat organik
dengan bakteri menghasilkan gas metan
Sumber: Said dan Wahjono (LIMTT)
dengan bakteri menghasilkan gas metan
Sumber: Said dan Wahjono (LIMTT)
Rancangan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas dengan cara anaerob adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
Nomer 1: kolam penampung dari semen + penutup
2 :
celah kecil plus penutup untuk memasukkan limbah
3 :
celah kecil plus penutup untuk saluran pembuangan lumpur
4 : pipa
penyalur gas
5 : kran
buka tutup
6 :
kompor
7 : pipa
aliran menuju selokan atau sungai
Limbah
cair yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kolam penampung, selanjutnya bakteri
yang dibutuhkan dimasukkan. Kolam penampung awal terjadi proses pengendapan
kotoran seperti kerikil, atau suspensi yang nantinya akan mengendap
menghasilkan lumpur. Sedangkan cairan yang ada di atasnya mengandung berbagai
senyawa organik yang akan fiurai oleh bakteri. Kemudian baik kolam maupun celah
kecil ditutup karena proses anaerob harus bebas dari oksigen. Kolam penampung
kedua juga akan menerima limbah cair disitu juga terjadi proses penguraian
senyawa organik dari bakteri. Selain itu, kolam kedua terjadi pengumpulan gas
metan yang dihasilkan dari proses anaerob yang nantinya akan menuju ke saluran
pipa jika gas yang terbentuk sudah banyak. Di aliran pipa tersebut dipilih yang
sesuai dengan kompor gas yang digunakan agar biogas dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Di aliran pipa menuju kompor diberi kran dengan tujuan, apabila
kompor hendak digunakan, kran ini dibuka sehingga gas akan mengalir ke kompor.
Jika tidak digunakan, kran dapat ditutup.
Perlu
diketahui bahwa proses anaerob membutuhkan perawatan. Ketika proses telah
dilakukan, air yang ada di dalam kolam bisa dikeluarkan dan dialirkan menuju
sungai. Kadar BOD dan COD dari air limbah sudah menurun sangat banyak yakni
sekitar 90% menurut literatur yang diperoleh sehingga aman untuk dibuang.
Selain itu, perawatan yang dilakukan ialah membersihkan kolam penampung dari
lumpur yang terbentuk. Proses ini bisa dilakukan jika tidak ada limbah yang
diproses. Pembesrsihan kolam harus dilakukan secara berkala dan hati-hati
karena proses anaerob ini juga menghasilkan gas yang beracun.
Lumpur
yang terbentuk akan banyak mengandung kadar nitrogen baik dari proses anaerob
maupun dari degradasi bakteri ketika banyak bakteri yang mati. Sehingga lumpur
yang dihasilkan dapat digunakan menjadi pupuk.
Pengolahan
limbah cair ini awalnya membutuhkan biaya untuk pembuatan kolam dan sebagainya
dengan desain di atas. Selain itu, juga dibutuhkan bakteri untuk proses
penguraian bakterinya. Biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memasak.
Perlu juga dilakukan pembersihan lumpur atau endapan yang dihasilkan dari
proses ini.
I.
Analisis
Kelebihan dan Kekurangan
Teknik pengolahan limbah yang ditawarkan ada dua yaitu
daur ulang limbah padat dan pengolahan secara anaerob yaitu pembuatan biogas.
Teknik ini perlu dilakukan analisis untuk bisa diketahui kelebihan dan
kekurangannya.
Daur ulang limbah padat (ampas tahu) dilakukan dengan
cara memanfaatkan sinar matahari. Dengan demikian tidak memerlukan biaya untuk
energi yang digunakan. Namun, proses ini akan terhambat jika dilakukan pada
musim penghujan. Jadi dapat dikatakan proses daur ulang ampas tahu untuk
dijadikan tepung bergantung pada musim kemarau.
Selanjutnya ampas tahu diolah seperti yang dijelaskan
di atas untuk pembuatan tepung. Pembuatan tepung cukup sederhana dan tidak
memerlukan alat yang mahal. Alat yang digunakan berupa gilingan atau blender.
Industri kecil pasti memiliki alat tersebut karena mereka juga melakukan proses
penggilingan. Tepung yang dihasilkan dapat digunakan sendiri ataupun dijual
sebagai pengganti tepung beras atau terigu. Sehingga akan bernilai ekonomis.
Teknik pengolahan limbah cair tahu secara anaerob
untuk dijadikan biogas memerlukan modal awal untuk pembuatan kolam penampung
dan alat lain seperti yang ada di rancangan di atas tadi serta pembelian
bakteri. Adapun kelebihan dari proses anaerob ini yaitu: tidak membutuhkan
oksigen karena pebambahan oksigen menambah biaya operasional, prosesnya
menghasilkan lumpur yang sedikit dimana lumpur ini nantinya bisa digunakan
sebagai pupuk karena kandungan nitrogen didalamnya dari penguraian bakteri yang
mati dan proses anaerobnya, proses pengolahan secara anaerob juga menghasilkan
gas yang bermanfaat seperti gas metan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar,
penguraian anaerob cocok untuk limbah industri makanan seperti tahu ini karena
limbah yang dihasilkan mengandung kadar senyawa organik yang cukup tinggi dan
bakteri yang digunakan dapat dikembangbiakkan sendiri dengan teknik tertentu.
Adapun kelemahan dari teknik anaerob ini yaitu
proses yang terjadi berjalan dengan lambat jika dibandingkan dengan teknik
aerob, memerlukan lahan yang cukup luas, pengembangbiakan bakteri cukup rumit
jika ingin menekan biaya operasional, dan dibutuhkan tenaga kerja baru untuk
melakukan pengolahan anaerob ini karena pembersihan kolam dari lumpur juga
perlu diperhatikan agar tidak mengganggu proses yang berjalan.
II.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh yakni:
1.
Pengolahan limbah padat industri
kecil tahu dapat dilakukan dengan cara daur ulang yakni menjadikan ampas tahu
sebagai bahan penggnati tepung beras atau tapioka yang bernilai ekonomis.
2.
Pengolahan limbah cair industri
kecil tahu dapat dilakukan dengan menggunakan proses pengolahan biologi seperti
anaerob yang dapat menghasilkan biogas dan menurunkan kadar BOD dan COD dalam
air limbah sehingga bisa air bisa dibuang ke selokan.
3.
Biogas dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar.
SSumber : Dari Berbagai Sumber