Jumat, 15 Juni 2018

Nilai Gizi Ampas Tahu



Dasar dari teknik daur ulang ini diusulkan yaitu kandungan gizi ampas tahu yang cukup tinggi. Adapun data komposisi kandungan zat gizi pada ampas tahu menurut Pudjihastuti (Tarmidi, 2010) adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data di atas, ampas tahu dapat didaur ulang menjadi barang yang ekonomis. Teknik daur ulang yang ditawarkan yaitu ampas tahu ini dijadikan sebagai bahan pengganti tepung sedangkan kulit kedelai digunakan sebagai campuran pakan ternak.
Kulit kedelai digunakan sebagai campuran pakan ternak Ruminansia. Setelah proses produksi dilakukan, kulit kedelai yang diperoleh dikumpulkan dalam satu wadah. Kemudian bisa dicampurkan dengan pakan ternak golongan Ruminansia.
Ampas tahu diolah dengan proses tertentu sehingga dapat menjadi pengganti tepung beras atau tepung terigu. Proses pembuatan tepung dari ampas tahu yaitu sejumlah ampas tahu diperas airnya dan dikukus selama kurang lebih 15 menit. Ampas yang sudah dikukus diletakkan di atas papan dan dijemur di bawah terik matahari. Setelah kering, ampas dihaluskan dengan cara digiling atau diblender dan diayak. Tepung yang dihasilkan tahan lama. Tepung ini dapat langsung dijual dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan dengan langsung menjual ampas tahu sebagai pakan ternak.
            Rancangan daur ulang ampas tahu menjadi tepung ini yaitu:


Teknik pengolahan limbah cair industri tahu kecil yang ditawarkan yaitu secara biologis. Proses pengolahan limbah cair secara biologis ini dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri, ganggang, protozoa, dll) untuk menguraikan atau merombak senyawa-senyawa organik dalam air menjadi zat-zat yang lebih sederhana (cf. Sani, 2006: 20).
            Teknik pengolahan limbah cair tahu yang ditawarkan secara biologi khususnya anaerob karena murah dan cocok untuk industri kecil serta berguna bagi daya dukung kelancaran produksi. Proses anaerob ini merupakan proses pengubahan senyawa organik menjadi metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) tanpa adanya oksigen (O2). Reaksi kimia penguraian senyawa organik dengan proses anaerob secara keseluruhan yaitu:


Kadar protein limbah cair tahu cukup tinggi sehingga jika ditambahkan bakteri tertentu, protein maupun senyawa organik lainnya akan terdegradasi menjadi senyawa-senyawa di atas dan salah satunya yaitu gas metan (CH4) yang sifatnya mudah terbakar, bau dan tidak berwarna. Gas metan yang dihasilkan ini biasanya disebut dengan biogas. Sifat gas metan sendiri mudah terbakar dapat dimanfaatkan menjadi gas untuk memasak.
            Bakteri yang digunakan dalam proses pembuatan biogas ini ada 3 jenis yaitu bakteri hidrolisis, fermentasi, dan metanogens. Bakteri yang digunakan dalam proses anaerob ini yaitu Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus, Syntrobacter wolnili, Syntrophomonas wolfei, Methanobacterium formicum dan Methanobacterium mobilis. Adapaun prosedur penguraian senyawa organik dengan bakteri-bakteri di atas adalah sebagai berikut:


                               Gambar 3. Skema proses penguraian zat organik
                                     dengan bakteri menghasilkan gas metan
                                       Sumber: Said dan Wahjono (LIMTT)
            Rancangan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas dengan cara anaerob adalah sebagai berikut:


Keterangan:
Nomer 1: kolam penampung dari semen + penutup
            2 : celah kecil plus penutup untuk memasukkan limbah
            3 : celah kecil plus penutup untuk saluran pembuangan lumpur
            4 : pipa penyalur gas
            5 : kran buka tutup
            6 : kompor
            7 : pipa aliran menuju selokan atau sungai
                       
            Limbah cair yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kolam penampung, selanjutnya bakteri yang dibutuhkan dimasukkan. Kolam penampung awal terjadi proses pengendapan kotoran seperti kerikil, atau suspensi yang nantinya akan mengendap menghasilkan lumpur. Sedangkan cairan yang ada di atasnya mengandung berbagai senyawa organik yang akan fiurai oleh bakteri. Kemudian baik kolam maupun celah kecil ditutup karena proses anaerob harus bebas dari oksigen. Kolam penampung kedua juga akan menerima limbah cair disitu juga terjadi proses penguraian senyawa organik dari bakteri. Selain itu, kolam kedua terjadi pengumpulan gas metan yang dihasilkan dari proses anaerob yang nantinya akan menuju ke saluran pipa jika gas yang terbentuk sudah banyak. Di aliran pipa tersebut dipilih yang sesuai dengan kompor gas yang digunakan agar biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Di aliran pipa menuju kompor diberi kran dengan tujuan, apabila kompor hendak digunakan, kran ini dibuka sehingga gas akan mengalir ke kompor. Jika tidak digunakan, kran dapat ditutup.
            Perlu diketahui bahwa proses anaerob membutuhkan perawatan. Ketika proses telah dilakukan, air yang ada di dalam kolam bisa dikeluarkan dan dialirkan menuju sungai. Kadar BOD dan COD dari air limbah sudah menurun sangat banyak yakni sekitar 90% menurut literatur yang diperoleh sehingga aman untuk dibuang. Selain itu, perawatan yang dilakukan ialah membersihkan kolam penampung dari lumpur yang terbentuk. Proses ini bisa dilakukan jika tidak ada limbah yang diproses. Pembesrsihan kolam harus dilakukan secara berkala dan hati-hati karena proses anaerob ini juga menghasilkan gas yang beracun.
            Lumpur yang terbentuk akan banyak mengandung kadar nitrogen baik dari proses anaerob maupun dari degradasi bakteri ketika banyak bakteri yang mati. Sehingga lumpur yang dihasilkan dapat digunakan menjadi pupuk.            
            Pengolahan limbah cair ini awalnya membutuhkan biaya untuk pembuatan kolam dan sebagainya dengan desain di atas. Selain itu, juga dibutuhkan bakteri untuk proses penguraian bakterinya. Biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memasak. Perlu juga dilakukan pembersihan lumpur atau endapan yang dihasilkan dari proses ini.

I.        Analisis Kelebihan dan Kekurangan
Teknik pengolahan limbah yang ditawarkan ada dua yaitu daur ulang limbah padat dan pengolahan secara anaerob yaitu pembuatan biogas. Teknik ini perlu dilakukan analisis untuk bisa diketahui kelebihan dan kekurangannya.
Daur ulang limbah padat (ampas tahu) dilakukan dengan cara memanfaatkan sinar matahari. Dengan demikian tidak memerlukan biaya untuk energi yang digunakan. Namun, proses ini akan terhambat jika dilakukan pada musim penghujan. Jadi dapat dikatakan proses daur ulang ampas tahu untuk dijadikan tepung bergantung pada musim kemarau.
Selanjutnya ampas tahu diolah seperti yang dijelaskan di atas untuk pembuatan tepung. Pembuatan tepung cukup sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal. Alat yang digunakan berupa gilingan atau blender. Industri kecil pasti memiliki alat tersebut karena mereka juga melakukan proses penggilingan. Tepung yang dihasilkan dapat digunakan sendiri ataupun dijual sebagai pengganti tepung beras atau terigu. Sehingga akan bernilai ekonomis.
Teknik pengolahan limbah cair tahu secara anaerob untuk dijadikan biogas memerlukan modal awal untuk pembuatan kolam penampung dan alat lain seperti yang ada di rancangan di atas tadi serta pembelian bakteri. Adapun kelebihan dari proses anaerob ini yaitu: tidak membutuhkan oksigen karena pebambahan oksigen menambah biaya operasional, prosesnya menghasilkan lumpur yang sedikit dimana lumpur ini nantinya bisa digunakan sebagai pupuk karena kandungan nitrogen didalamnya dari penguraian bakteri yang mati dan proses anaerobnya, proses pengolahan secara anaerob juga menghasilkan gas yang bermanfaat seperti gas metan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, penguraian anaerob cocok untuk limbah industri makanan seperti tahu ini karena limbah yang dihasilkan mengandung kadar senyawa organik yang cukup tinggi dan bakteri yang digunakan dapat dikembangbiakkan sendiri dengan teknik tertentu.
Adapun kelemahan dari teknik anaerob ini yaitu  proses yang terjadi berjalan dengan lambat jika dibandingkan dengan teknik aerob, memerlukan lahan yang cukup luas, pengembangbiakan bakteri cukup rumit jika ingin menekan biaya operasional, dan dibutuhkan tenaga kerja baru untuk melakukan pengolahan anaerob ini karena pembersihan kolam dari lumpur juga perlu diperhatikan agar tidak mengganggu proses yang berjalan.

II.            Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh yakni:
1.      Pengolahan limbah padat industri kecil tahu dapat dilakukan dengan cara daur ulang yakni menjadikan ampas tahu sebagai bahan penggnati tepung beras atau tapioka yang bernilai ekonomis.
2.      Pengolahan limbah cair industri kecil tahu dapat dilakukan dengan menggunakan proses pengolahan biologi seperti anaerob yang dapat menghasilkan biogas dan menurunkan kadar BOD dan COD dalam air limbah sehingga bisa air bisa dibuang ke selokan.
3.      Biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

SSumber : Dari Berbagai Sumber